Total Tayangan Halaman

28 Desember 2010

Kamera Digital


1.      PENDAHULUAN

Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensr CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak yang daat membaca media simpan digital tersebut.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat diketahui hasilnya secara instan, kemudahan memindahkan hasil (transfer), dan penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan ukuran yang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual.
Saat ini kamera digital bukan merupakan sesuatu yang asing, bahkan mungkin new media yang satu ini ada di telepon selular kita semua. Popularitasnya kini berhasil menggeser keberadaan kamera konvensional.




SEJARAH

Sebelum kita membahas asal-usul kemunculan kamera digital, alangkag baiknya jika kita awali dengan sejarah fotografi.  FOTOGRAFI secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini kalau kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, kalau kita membicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya "fotografi" sudah tercatat sebelum Masehi.
DALAM buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi.
Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.
Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang.
Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya.
Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Meskipun tahun 1839 secara resmi dicanangkan sebagai tahun awal fotografi, yaitu fotografi resmi diakui sebagai sebuah teknologi temuan yang baru, sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya.
Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji.
Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari.
Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis.
Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia.
FOTOGRAFI kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata heliografi lagi karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, tidak semata cahaya matahari.
Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam fotografi.
Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran.
Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen.

Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada tahun 1940, Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik.
Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja.
Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut yang tidak tembus oleh cahaya biasa bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidaklah heran, fotografi inframerah banyak dipakai untuk pemotretan udara ke daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.
KEMAJUAN teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.
Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar.
Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.
Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris langsung jadi.
Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.
Sementara itu, Sejarah kamera digital baru dimulai sejak tahun 50-an. Ketika itu  pada tahun 1951, untuk pertama kalinya video tape recorder (VTR) mengambil gambar dari kamera televisi, kemudian mengkonversi informasi tersebut menjadi suatu impuls listrik (digital) dan menyimpan informasi tersebut ke dalam tape magnetis.
Bing Crosby Laboratorium (tim peneliti yang didanai oleh seorang insinyur bernama Vrosby dan dipimpin oleh John Mullin) membuat versi awal dari VTR. Pada tahun 1956, teknologi VTR telah disempurnakan (VR1000 yang dibuat oleh Charles P. Ginsburg dan Ampex Corporation) dan umum dipakai oleh industri televisi. Antara televisi/kamera video dan kamera digital yang menggunakan CCD (Charged Couple Device)untuk mengatur warna dan intensitas cahaya. Pada saat itu pula era kamera digital telah dimulai dengan sangat pesat.
Pada tahun 1981, Sony memperkenalkan kamera elektronik komersil pertama mereka yang disebut Mavica. Gambar yang direkam ke mini disc dan kemudian dimasukkan ke dalam video reader yang terhubung ke monitor atau televisi warna. Walaupun Mavica belum dapat dikatakan kamera digital, itu sebenarnya merupakan modifikasi kamera video yang mengambil foto secara spontan.
Sejak pertengahan tahun 1970-an, Kodak memiliki beberapa penemuan tentang solid-state/kejernihan untuk sensor gambar yaitu mengubah cahaya ke gambar digital untuk penggunaan pada tingkat profesional dan konsumen rumah tangga. Pada tahun 1886, ilmuwan Kodak untuk pertama kalinya di dunia mengenalkan sensor megapixel, dimana sensor ini mampu merekam 1,4 juta pixel yang dapat menghasilkan 5×7 inci foto digital cetak berkualitas baik pada saat itu. Pada tahun 1987, Kodak merilis tujuh produk untuk merekam, menyimpan, memanipulasi, transmisi elektronik, dan mencetak sesuatu seperti gambar suatu objek.
Pada tahun 1990, Kodak mengembangkan sistem foto CD dan mengusulkan pertama kalinya di seluruh dunia untuk menetapkan standar warna digital dalam lingkungan komputer dan peripheral komputer. Pada tahun 1991, Kodak merilis pertama kalinya untuk para profesional, suatu sistem dalam pemotretan yaitu Digital Camera System (DCS), yang bertujuan untuk photo journalist. Kamera tersebut adalah Nikon F-# yang dilengkapi dengan sensor 1.3 Megapixels.
Kamera digital yang pertama untuk tingkat konsumen pasar yang bekerja dengan komputer rumah melalui USB (Unit serial Bus) adalah kamera QuickTake 100 Aplle (17 Februari 1994), kamera Kodak DC40 (28 maret 1995), Casio QV-11 (dengan monitor LCD, akhir 1995), dan Sony Cyber-Shot Digital Still Camera (1996). Namun, kodak memasuki era tersebut dengan agresif kampanye pemasaran untuk memajukan DC40 dan membantu memperkenalkan gagasan digital fotografi kepada masyarakat.
Kinko’s dan Microsoft bekerja sama dengan Kodak Digital untuk membuat gambar digital yang menggunakan software di berbagai tempat kerja dan kios foto, dimana para pelanggan diizinkan untuk memproduksi CD foto, gambar digital, dan kemudian dapat menambahkan ke dokumen komputer mereka. IBM bekerja sama dengan Kodak membaut internet berbasis jaringan pertukaran gambar.
Hewlett-Packard (HP) adalah perusahaan pertama dalam hal membuat warna di produk mereka yaitu Inkjet Printer, sehingga melengkapi sistem pewarnaan untuk gambar yang dicetak dari kamera digital. Maka dimulailah perubahan kamera digital dengan bentuk yang baru. Kamera digital seperti kamera konvesional, tersedia model Point-And-Shot dan lensa refleks tunggal digital atau Digital Single Lens Reflector (DSLR).


KOMPONEN KAMERA DIGITAL

1. Sensor Kamera


Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan piksel lebih.
Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan.



Sebuah kamera digital dengan sensor 2 MegaPixels, akan menghasilkan file berukuran 1800×1200 pixel (2.16MP), berapa ukuran filenya, serta berapa ukuran cetak maksimumnya?
Pada gambar digital -untuk keperluan sehari-hari-, setiap pixel disimpan dalam bentuk data RGB(Red Green Blue), dimana masing-masing warna diberi jatah 8 bit sehingga untuk 3 warna memerlukan 24bit atau 3 byte. Jika menggunakan format bitmap (*.bmp), dimana tiap pixel disimpan secara utuh 24 bit, maka kamera 2MP akan menghasilkan file berukuran sebagai berikut:
Ukuran file = Jumlah Pixel x 3 byte
Ukuran file = 2.160.000 x 3
Ukuran file = 6.480.000 byte = 6.17 MB
Jadi sekali jepretan, kamera digital 2MP menghasilkan gambar sebesar 6.17MB. Walaupun byte metadata (EXIF) bisa diabaikan karena ukurannya cukup kecil, hasilnya ternyata masih sangat besar.

untungnya ada teknik kompresi bernama JPEG, yang mampu membuat penyimpanan file grafik menjadi jauh lebih kecil. Untuk kompresi dengan kualitas yang bagus, faktor kompresi JPEG kurang lebih 20% dari ukuran asli, dan lebih kecil lagi untuk kualitas yang lebih rendah. Dengan kualitas sedang, ukuran file diatas bisa menurun drastis menjadi sekitar 600 KB saja atau 10 persen dari ukuran asli. Hasil kompresi ini juga dipengaruhi oleh kompleksitas warna dari gambar asli.

Berdasar keterangan diatas, ukuran file JPEG kualitas tinggi bisa diperkirakan/dihitung dengan rumus: Megapixel kali 3 dibagi 10. Atau MP dibagi 3 untuk kualitas tinggi dan MP dibagi 4 untuk kualitas sedang.
Sensor 4MP -> 1.3MB per file
Sensor 5MP -> 1.7MB per file, dan seterusnya
Dengan cara ini bisa diperkirakan berapa file yang bisa ditampung dalam memory card yang dimiliki.


Ukuran Cetak
Untuk mencetak sebuah gambar dengan kualitas foto, diperlukan printer yang mampu mencetak dengan ketelitian setidaknya 300dpi. Kalau tidak salah, ini adalah standar minimum pada printer Fuji Digital Frontier yang digunakan di studio foto digital Fuji. Angka 300 dpi berarti untuk setiap inch hasil cetak terdiri dari 300 titik warna. Tiap titik warna ini analog dengan data pixel diatas.
Dengan demikian, ukuran gambar digital bisa ditentukan sesuai dengan kebutuhan cetak yang diinginkan. Untuk membuat foto ukuran 4R (kurang lebih 4×6 inch) ukuran gambar yang diperlukan adalah
Lebar : 4 x 300 = 1200 pixel
Tinggi : 6 x 300 = 1800 pixel
ISO dan Noise
Selain ukuran megapixel, sensor juga berkaitan erat dengan ISO yaitu bilangan yang menunjukkan kepekaan sensor terhadap cahaya. ISO yang kecil (50-100)berarti kurang sensitif, cocok digunakan di tempat yang terang. ISO besar berarti lebih sensitif, cocok digunakan di tempat yang lebih gelap. Semakin besar ISO makin sensitif pula suatu sensor dan pada umumnya akan menimbulkan lebih banyak noise (gangguan warna).

Bilangan ISO ini ekuivalen dengan bilangan ASA pada kamera film. Jika pada film hanya bisa menggunakan satu jenis ASA untuk satu roll, pada kamera digital ISO bisa diatur sekehendak hati sesuai dengan keperluan.

Saat ini dipasaran kamera kelas konsumen, kepekaan sensor pada umumnya hanya mencapai ISO400, itupun sudah memberikan noise yang cukup mengganggu. Semakin besar ISO yang mampu dilakukan suatu sensor yang mustinya diimbangi dengan semakin kecilnya noise, semakin mahal pula suatu kamera digital. Jika tertulis ISO mencapai 800 tetapi noise yang dihasilkan sangat besar, sama saja bohong.

Pada kamera kelas low-end, menggunakan ISO 50-pun noise sudah tampak, walaupun tidak mengganggu. Sedangkan pada kamera yang lebih mahal seperti Canon 350D atau Nikon D70, noise belum cukup mengganggu meskipun di ISO yang cukup tinggi (ISO800-1600). Oh iya, kata ‘mengganggu’ sendiri masih cukup subyektif tergantung seberapa narsis pengamat foto.
Beberapa orang juga mengatakan bahwa noise ini berkaitan dengan ukuran fisik sensor, lihat artikel sebelumnya. Semakin besar sensor, semakin kecil noise yang dihasilkan.
Sengaja tidak membandingkan kamera handphone disini, karena hasil pemotretan selalu penuh dengan noise yang amat-sangat mengganggu, kecuali buat ABG tentu saja. Bahkan noise tetap saja muncul dengan sangat jelas pada handphone yang high-end sekalipun.

Keterangan: Handphone high-end = handphone yang paling banyak ditemui di high-school kota besar.

Dynamic Range
Dua buah televisi yang menayangkan acara tivi yang sama, seringkali memberikan warna yang berbeda. Televisi yang mahal akan memberikan kontras warna yang lebih baik, gambar terasa cerah dan penuh warna, sedangkan tivi yang lebih murah akan memberikan gambar yang tidak terlalu indah. Perbedaan warnanya seperti melihat baju baru dan baju lama pada iklan sabun cuci.
Kurang lebih itulah yang menggambarkan istilah dynamic range. Semakin bagus (lebar) dynamic range suatu kamera, semakin indah hasilnya, dan semakin mahal pula harganya.
Kalau pada sistem audio, sensor dengan dynamic range tinggi mungkin setara dengan sistem HiFi (High Fidelity).


2. Layar LCD

Layar LCD (LCD display) adalah layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor CCD. Hasil yang ditunjukkan pada layar LCD lebih akurat dibandingkan hasil yang diperkirakan dalam kamera konvensional yang sering berbeda. Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, hal ini memudahkan untuk mengkoreksi langsung hasil foto untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Layar LCD terletak di bagian belakang kamera digital fungsinya untuk memudahkan kita melihat obyek. Di sini kita juga bisa melihat dan menghapus gambar yang tidak diinginkan. LCD yang baik adalah yang memiliki kandungan resolusi yang cukup besar sehingga warna yang tampil lebih natural. Ukuran layar juga berbeda-beda. Pastikan layar tidak terlalu kecil, sehingga gambar bisa tampil maksimal.



3. Media penyimpanan

Salah satu komponen yang sangat berperan adalah media penyimpanan. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki.
Kapasitas gambar pada setiap media juga ditentukan dengan kapasitas resolusi dari masing-masing gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi CCD, semakin besar ukuran ruang untuk menyimpan berkas yang dibutuhkan dalam media penyimpan.
Sebuah kamera digital baru biasanya dilengkapi dengan sarana penyimpanan, tapi media penyimpanan, sebagian besar dari waktu, tidak cukup memadai untuk menampung jumlah slighest gambar. Saham rata-rata kamera digital mungkin akan datang dengan 16MB, 32MB, dan bahkan mungkin 64MB senilai media memori. Kartu memori dengan setidaknya 512MB-1GB penyimpanan sangat dianjurkan untuk mengganti kartu memori saham kemasan termasuk kamera. Jenis paling umum dari media penyimpanan kamera digital CompactFlash, Secure Digital, xD Picture, Memory Stick, MicroDrive, dan SmartMedia.

Sebagian besar kamera digital saat ini menggunakan kartu CompactFlash. Kedua jenis kartu CF adalah Tipe I dan Tipe II (sedikit lebih tebal). II Jenis kartu CompactFlash juga dikenal sebagai MicroDrive, yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini daftar media penyimpanan. Sandisk CF kartu menggambarkan mereka sebagai "ukuran dari kotak korek api dan hanya berbobot setengah ons". Ada kartu pengendali yang memungkinkan untuk transfer lebih cepat. Kartu ini yang paling populer karena harga yang layak dan mendukung seluruh kamera digital banyak.

Kartu Secure Digital media kartu kamera terkecil di pasar media penyimpanan digital. Kartu dapat menyimpan hingga 4GB memori seperti yang sekarang, tetapi teknologi baru akan segera meningkatkan ukuran maksimal untuk 8GB. Tingkat tinggi dijamin perlindungan terhadap penyalinan ilegal. Ini berarti bahwa Kartu Secure Digital menawarkan keamanan lebih banyak data.

xD Gambar Kartu dapat digunakan dalam CompactFlash didukung kamera dengan adaptor CompactFlash. Kapasitas maksimum xD Gambar Kartu adalah gigabyte ruang. Kartu cepat menawarkan kemampuan membaca dan menulis untuk kamera digital.

Memory Sticks diciptakan oleh Sony untuk garis Cybershot kamera digital mereka. Mereka tidak didukung oleh merek-merek kamera digital lain selain Sony yang menurunkan dukungan kamera digital mereka tentang Tongkat Memori parah. Banyak produk lain Sony, selain dukungan kamera digital Tongkat Memori,. Playstation Portable (PSP) menggunakan Sony Memory Sticks serta garis Sony Vaio.

Microdrives adalah hard drive dalam Tipe II CompactFlash Card. Mereka memiliki nilai lebih baik dan lebih baik harga dari flash memory, tapi memori flash memiliki lebih banyak ruang dan penyimpanan. Anda mungkin pernah mendengar bahwa MP3 player hard drive gagal dari waktu ke waktu karena bagian mereka bergerak. Konsep yang sama dapat diterapkan pada kartu-kartu ini karena mereka memiliki bagian yang bergerak juga. Inilah sebabnya mengapa Anda mungkin pernah mendengar bahwa microdrives tidak bisa diandalkan dan rendah kualitas. Banyak dari mereka akan istirahat karena kesalahan penanganan kartu tersebut.
kartu SmartMedia digantikan oleh kartu flash baru teknologi. Kartu masih tersedia, tetapi kamera digital modern biasanya tidak mendukung jenis media penyimpanan lagi. Kartu ini lebih murah daripada semua jenis media penyimpanan lain yang disebutkan di atas.


 
 CARA KERJA KAMERA DIGITAL

1.      Ketika kita memotret gambar mobil dengan kamera digital, cahaya gambar tersebut datang dari mobil ke kamera dan mengenai lensa kamera. Kemudian lensa akan meletakkan bayangan gambar ke arah sensor CCD.
2.      CCD ( Charge Coupled Device ) atau dikenal sebagai sensor CCD ialah sebuah alat yang berfungsi menangkap gambar seukuran kuku atau anggap saja sebesar micro sd card ponsel selular. CCD mempunyai banyak titik sensor / grid yang sangat sensitif terhadap cahaya. Gambar yang dihasilkan akan semakin tinggi resolusinya dan semakin halus jika mempunyai banyak titik sensor. Semakin besar jumlah titik sensor berbanding lurus dengan jumlah pixel yang dihasilkan. Sebuah CCD dapat memiliki jutaan sensor didalamnya. Tiap kecerahan warna RGB ( Red Green Blue ) akan disimpan dalam satu titik sensor. Jadi tugas CCD adalah menangkap sinyal analog / gambar lalu mengubahnya menjadi sinyal listrik.
3.      Proses kompresi format gambar ( contoh : RAW / JPEG ) oleh cara kerja kamera digital dilakukan pada bagian pemrosesan gambar yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal digital dengan konverter ADC ( Analog/Digital Converters ).


 
KAMERA DIGITAL VS KAMERA KONVENSIONAL


Sudah menjadi rahasia umum, banyaknya kamera digital yang digunakan masyarakat saat ini tidak terlepas dari adanya faktor kemudahan yang ditawarkan. Karena banyaknya kemudahan-kemudahan tersebut, sampai-sampai ada iklan kamera digital yang menggambarkan seorang anak bayi pun bisa melakukan pemotretan. 

  1. Pesatnya perkembangan penggunaan kamera digital, sebenarnya selain karena berbagai faktor kemudahan dalam mengoperasionalkannya, juga didukung faktor lain seperti: pertama, kemudahan dalam memotret. Dengan mempelajari berbagai fitur yang menempel pada bodi kamera dan langsung praktik pemotretan, dalam waktu relatif singkat seseorang sudah bisa memotret dengan hasil yang tidak terlalu mengecewakan.
  2. ukuran kamera digital yang kecil dan minimalis, sangat praktis dan mudah dibawa-bawa sehingga tidak sedikit orang kantoran yang membekali diri dengan kamera digital, ketika melakukan survei lapangan, dan kegiatan lain.
  3. Harga kamera digital dan biaya operasionalnya lebih murah. Harga murah tersebut bisa diperoleh konsumen ketika pertama kali membeli kamera, maupun ketika proses pencetakan. Hal ini bisa terjadi, karena setiap melakukan pemotretan tidak harus membeli film, tetapi menggunakan memory card dan gambar-gambar yang akan dicetak dapat dipilih dengan melihat pada layar LCD/monitor. Sedangkan gambar-gambar yang tidak menarik bisa dihapus. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan dengan kamera film.
  4. Apabila fitur-fitur yang ada pada kamera digital dipahami dengan baik fungsi dan cara menggunakannya, kualitas gambar yang dihasilkan kamera digital tidak kalah dibanding hasil pemotretan dengan kamera film.
  5. Proses pencetakan gambar tidak harus distudio foto, tetapi bisa dilakukan dirumah/kantor, dengan menggunakan seperangkat komputer, printer yang mempunyai kemampuan mencetak foto, dan kertas khusus untuk mencetak foto.
  6. Gambar yang ada di memory card bisa dipindah penyimpanannya ke Compact Disk, Flashdish, komputer dan lainnya. Sewaktu diperlukan, gambarnya bisa dilihat di layar monitor komputer, lalu dilakukan editing dan dicetak sesuai kebutuhan. Proses tersebut tentu sangat membantu pengguna kamera digital, karena lebih praktis dan efsien dalam penanganan master foto-foto yang menarik dan layak dijadikan dokumentasi penting.

    Kalau demikian, apakah kejayaan kamera film sudah berlalu dan akan ditinggalkan penggunanya? Jelas tidak, sebab walaupun secara riil, pemakaian kamera digital semakin banyak, namun kamera film tetap banyak peminatnya, terutama mereka yang benar-benar fanatik dan sudah lama menggunakan kamera film dalam setiap pemotretan, sehingga tidak mau beralih kepada kamera digital.  Kalau pengguna kamera digital kebanyakan adalah dari para pehobi atau tujuan pemotretan tidak dikomersialkan, tetapi untuk keperluan sendiri, sedangkan pengguna kamera film cenderung digunakan oleh fotografer yang benar-benar serius menggeluti bidang fotografi, karena memotret merupakan suatu profesi atau pekerjaan.

    Para pengguna kamera film (terutama jenis kamera RLT) ini sangat menikmati kegiatan memotret yang dilakukan secara manual. Kalau ditanya, di mana sebenarnya letak keasyikannya?

    Sebagian besar pemakai kamera digital pasti akan menjawab, saat memutar-mutar gelang diafragma untuk memilih angka yang tepat, ketika akan melakukan pemotretan, mengatur speed, memutar-mutar lensa zoom/tele saat memfokus subjek dan seterusnya

    Momen-momen tersebut merupakan keasyikan tersendiri, yang hanya bisa dilakukan dengan kamera film, karena pada kamera digital, fasilitas-fasilitas tersebut sudah menempel pada bodi kamera dan pengaturan penggunaannya serba otomatis.

    Kamera film inipun sangat menarik digunakan untuk bereksperimen dalam berbagai pemotretan, karena dengan mengatur diafragma, menggunakan speed dan ASA film tertentu, akan diperoleh gambar yang berbeda dengan kualitas yang berbeda pula, tetapi memberikan nuansa lain yang menarik.

    Mungkin bagi sebagian orang ada yang berpendapat bahwa menggunakan kamera film terlalu repot dan tidak praktis, tetapi bagi pengguna kamera film sangat mengasyikan, karena justru di sinilah ketrampilan dan seni fotografi benar-benar diuji dan dipraktikan, sehingga jika karya foto yang dihasilkan berkualitas tinggi, tentu sangat membanggakan si fotografer. Walaupun dari uraian di atas, kamera digital lebih mudah dan banyak digunakan masyarakat, namun masalah pilihan dalam penggunaan kamera tentu terpulang kembali kepada masyarakat pengguna dan tujuan pemotretannya itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes